Saturday, August 17, 2013

Peran Media Sosial Dalam Membangun Kemandirian Siswa

Peran Media Sosial Dalam Membangun Kemandirian Siswa

            Membangun suatu bangsa baik pembangunan fisik maupun mental-spiritual memerlukan perjuangan yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan oleh semua komponen bangsa meliputi perencanaan, pengorbanan waktu, tenaga, biaya, pemikiran dan sarana agar bisa menjembatani keinginan dari masing-masing kelompok masyarakat. Salah satu sarana yang diperlukan adalah keberadaan media sosial untuk menyerukan dan menyuarakan program-program jangka pendek maupun panjang dengan harapan agar semua pihak dapat mengetahui dan ikut serta terlibat dalam proses pembangunan tersebut.
Agar media sosial dapat berperan maksimal dalam proses pencerdasan bangsa, maka media sosial harus mampu mengemas program-program yang dapat menarik simpati masyarakat termasuk siswa untuk berpartisipasi menyampaikan apa yang diharapkan ataupun apa yang terjadi di wilayahnya. Disamping itu media sosial harus bersedia menerima dan secara cepat menyampaikan informasi yang transfaran dan berimbang serta memberikan porsi lebih banyak untuk program-program yang bersifat membangun serta mengembangkan kemandirian masyarakat.
Bergesernya nilai-nilai luhur yang ada dan telah berkembang di masyarakat  disebabkan oleh pesatnya kemajuan teknologi informasi dan mudah masuknya budaya asing. Media sosial sebagai sarana tukar menukar informasi harus menyampaikan informasi secara utuh menyangkut segala aspek kehidupan masyarakat dan segala yang terjadi maupun yang telah dilakukan oleh pemerintah serta pihak lain secara seimbang agar informasi tersebut dapat ditelaah, dimaknai secara benar dengan pikiran jernih dan diharapkan dapat menjadi referensi ataupun inspirasi bagi yang memanfaatkannya. Dalam penyampaian informasi atau program tayangan pada media sosial maupun online sudah tentu harus diikuti dengan regulasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak terjadi penyalahgunaan yang berakibat merugikan pengguna baik materiil maupun immaterial . . Disisi lain pemerintah sangat berkepentingan agar transparansi informasi mengenai kemajuan pembangunan fisik dan mental spiritual di seluruh pelosok negeri termasuk pulau terdepan dapat membawa angin segar bagi siswa yang pada gilirannya akan meningkantkan partisipasi mereka dalam proses pembangunan. Adanya transparansi informasi berarti siswa dilibatkan untuk berperan serta mengawasi pembangunan fisik, mental spiritual yang terjadi di negeri ini. Dengan demikian akan membentuk kemandirian siswa yaitu merubah  pola pikir yang apatis, skeptis menjadi sikap yang kreatif, mandiri yang pada akhirnya dapat menghindari diri dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan tradisi dan nilai-nilai luhur yang berakar dimasyarakat. Berikut ini ada beberapa model dan sifat tayangan yang berpotensi merubah sikap atau pola pikir siswa, serta menjadi perhatian banyak kalangan masyarakat, seperti : 
a.    Kasus kejahatan terhadap kemanusiaan, yang melanggar hak asasi, melanggar hukum dan norma agama sperti kegiatan peredaran narkoba yang melibatkan banyak pihak, Berita perlakuan tidak manusiawi TKI di luar negeri, berita perdangangan manusia dan penculikan bayi oleh oknum mahasiswi.
b.      Konflik sosial dan konflik horizontal yang terjadi di berbagai daerah yang menghancurkan berbagai fasilitas serta tatanan budaya yang telah terbangun sejak dulu dimana masing-masing suku/etnis dapat hidup rukun dan damai, saling menghormati, dan saling menghargai perbedaan. Namun semua berubah cepat karena adanya isu yang tak bertanggung jawab, serta dipicu dari adanya ketidakadilan, kesenjangan ekonomi, rendahnya pendidikan dan tidak meratanya pembangunan, menjadikan masyarakat pemaaf dan toleran menjadi brutal, seperti kerusuhan Sampang dan Lampung Selatan. Dampaknya sangat tragis dan memilukan. Bukan hanya harta benda, tapi juga nyawa yang melayang serta trauma berkepanjangan.
c.         Kejahatan berdasi atau korupsi. Skandal korupsi tersebut terjadi hampir di semua lembaga    dan melibatkan banyak oknum termasuk juga yang menimpa lembaga pendidikan. Tidak adanya budaya malu dan berubahnya pola hidup membuat orang mengambil jalan pintas menjarah uang negara untuk memenuhi gaya hidup..  
d.        Kriminal : Penodongan/perampokan bersenjata, dimana hasilnya digunakan untuk pesta miras dan kesenangan pribadi, tapi ada juga untuk pendanaan kelompok teroris. Terakhir ada penodongan supermarket oleh oknum mahasiswa yang katanya diilhami dari berbagai kasus perampokan. Penggereban sarang terorisme, peledakan bom, disinyalir melibatkan beberapa oknum siswa. Ini juga sebagai dampak dari mudahnya mendapat referensi untuk merakit bom dan melakukan jihad.
e.        Demo buruh, tawuran antar masa, antar kelompok, antar siswa yang merugikan banyak pihak dan membuat orang lain ketakutan, serta merugikan perekonomian karena banyak aktivitas bisnis yang ditutup akibat tawuran maupun demo anarkis.
f.          Gosip yang diekspose berlebihan mengenai kehidupan dan prilaku tidak mendidik sekelompok orang, seperti prilaku selebritis.
Tayangan-tayangan model tersebut diatas dimaksudkan agar masyarakat termasuk siswa mengetahui apa yang sedang terjadi terhadap bangsa ini, mengambil hikmah dan menelaah agar tidak terjebak dengan kehidupan seperti diatas serta mawas diri. Jadi penyebaran berita lewat media sosial akan menjadikan masyarakat menjadi lebih dewasa dan lebih mandiri dalam menyikapi permasalahan, dengan mengkritisi dan memberi masukkan kepada pihak terkait lewat media sosial. Disinilah point penting media sosial untuk ikut dalam proses meningkatkan kemandirian siswa serta pada akhirnya ikut mencerdaskan bangsa..
Banyak tayangan oleh media sosial yang menjadi inspirasi masyarakat untuk merubah cara pandang melalui informasi yang disediakan sebagai referensi. Mereka menggunakan referensi tersebut sebagai inspirasi untuk menciptakan ide-ide kreatif  yang bernilai sosial maupun ekonomis. Contoh-contoh kejadian yang ditayangkan oleh media sosial termasuk media online adalah :
Perjuangan penuh resiko : Dibelahan sana beberapa siswa sekolah dasar harus melewati tebing terjal dibalik bukit agar bisa sampai di sekolah tempat mereka menuntut ilmu. Kisah lain di pulau terdepan tidak ada sekolah yang disediakan pemerintah, namun mereka tidak putus asa, sekelompok siswa harus menyebrang perbatasan, melewati berbagai rintangan tanpa sepatu dan seragam sekolah dan berjalan bermil-mil  agar sampai di sekolah negara tetangga Malaysia. Kisah siswa yang bertaruh nyawa menyebrangi sungai arus deras selebar 20 meter selama 5 tahun, kemudian setelah laporan dari masyarakat lewat media sosial akhirnya ada perhatian dari pihak pemerintah. Namun cukup ironis dibeberapa kota besar justru siswa yang memiliki kesempatan lebih banyak dan fasilitas memadai tidak disiplin menggunakan waktu dan fasilitas yang tersedia, waktu belajar digunakan untuk bersenang-senang diluar sekolah. Contoh tayangan tersebut dapat menggugah dan memunculkan rasa prihatin terhadap sesama, memunculkan semangat baru dan merubah prilaku yang tidak produktif serta menjadi inspirasi dimana mereka siswa tanpa fasilitas berjuang menggapai masa depan. Mengapa kita dengan fasilitas serba lengkap dan modern menyia-nyiakan kesempatan tersebut?
We are the champion dan kami pasti bisa, slogan yang cukup emosional dapat membangun citra siswa. Media sosial telah banyak dan seringkali menayangkan bahwa siswa-siswa kita mampu meraih medali emas di berbagai olimpiade internasional. Dan beberapa siswa di sekolah kejuruan mampu menciptakan alat maupun sarana dan telah mendapat pengakuan, salah satunya adalah Mobil ESEMKA. Ide-ide kreatif ini akan melahirkan inspirasi bagi siswa untuk maju serta berlomba menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa agar menjadi sang juara. Siswa yang suka mengeluh dan  tidak kreatif akan tertinggal oleh waktu  dan mereka yang sadar dan mandiri akan bergerak maju mengapai masa depan. Oleh karena itu jangan sia-siakan kesempatan yang berharga untuk belajar agar suatu saat nanti bisa mandiri secara sosial dan ekonomi.

Kesimpulan
1.    Media sosial apapun bentuk, sifat, jenis, dan progam yang ditayangkan merupakan sumber informasi, sumber referensi dan inspirasi yang sangat efektif bagi siapapun, termasuk siswa dalam membentuk, mengubah, mempengaruhi cara pandang atau perkembangan psikologis siswa.
2.    Media sosial mempunyai kesempatan besar dan merupakan sarana yang ampuh dalam membangun, menumbuhkan ide-ide kreatif, menambah wawasan, pengetahuan dan sekaligus mencerdaskan  siswa serta mampu mencegah penafsiran yang keliru terhadap isu-isu sensitif  yang berkembang di masyarakat.
3.    Penayangan program kekerasan maupun program sejenis dalam media sosial termasuk keberadaan situs-situs tertentu pada jejaring sosial tidak serta merta berpengaruh negatif terhadap perkembangan psikologis siswa.dan justru sebaliknya akan meningkatkan wawasan serta kemandirian siswa. Implikasi tersebut sangat tergantung kepada sikap, cara pandang dalam menggunakan ataupun memaknai sumber informasi yang tersedia atau  kemandirian siswa bersangkutan untuk memanfaatkan sarana media sosial
4.    Peran pembimbing diperlukan bagi siswa yang tidak siap memaknai informasi/ referensi yang tersedia pada media sosial trmasuk media online





Saran

Agar tidak terjebak untuk mengikuti  informasi dan konten yang tersedia dalam media sosial yang kemungkinannya berimplikasi negatif maka langkah-langkah berikut sebaiknya diikuti sebelum mengkases sumber referensi yang tersedia:

1.    Bertanyalah  pada diri  sndiri. Siapa diri kita (latarbelakang sosial, ekonomi dan pendidikan), apa tujuan dan manfaat yang diharapkan atas berita jenis tertentu yang diakses.
2..Yakinkan bahwa program yang diakses sesuai dengan kondisi kita, jangan hanya mengikuti kata hati atau sekedar iseng.
3.. Pahami isi berita dan gambar yang muncul, maknai tayangan dengan pikiran positif dan akal sehat dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
4. Aplikasikan sesuai dengan kemampuan kita, gunakan ilmu yang telah diajarkan, jangan sekali mencoba atau sekedar iseng memakai informasi tersebut untuk suatu kegiatan yang tidak bertanggung jawab, atau melanggar tatanan budaya, melanggar etika atau norma yang telah tumbuh dan mengakar dimasyarakat serta melanggar hukum pidana ataupun informasi teknologi.
e.  Berkomunikasi dan berkonsultasi secara aktif kepada orang yang lebih tahu/ bepengalaman apakah kakak kelas, pembimbing atau yang lainnya sehingga kita terhindar dari hal-hal yang dapat menjerumuskan serta kita tidak terperangkap menjadi anggota kelompok atau jaringan  tertentu yang meresahkan masyarakat.
f. Bila terlanjur mengakses informasi diluar jangkauan pengetahuan serta akal sehat, hindari ajakan, hasutan, provokasi orang yang tak dikenal baik langsung maupun lewat media sosial.
g. Waspadai dan antisipasi perubahan prilaku teman sekelas serta lakukan komunikasi dengan yang bersangkutan dan berikan masukkan bila ia terjebak oleh tayangan ataupun provokasi dari media sosial.


Nufera Lupika Dani
SMAN 5 Denpasar

X-1/26/11171

No comments:

Post a Comment