Peran Media Sosial Dalam Membangun
Kemandirian Siswa
Membangun
suatu bangsa baik pembangunan fisik maupun mental-spiritual memerlukan perjuangan
yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan oleh semua komponen bangsa meliputi
perencanaan, pengorbanan waktu, tenaga, biaya, pemikiran dan sarana agar bisa
menjembatani keinginan dari masing-masing kelompok masyarakat. Salah satu
sarana yang diperlukan adalah keberadaan media sosial untuk menyerukan dan
menyuarakan program-program jangka pendek maupun panjang dengan harapan agar
semua pihak dapat mengetahui dan ikut serta terlibat dalam proses pembangunan
tersebut.
Agar media sosial dapat
berperan maksimal dalam proses pencerdasan bangsa, maka media sosial harus
mampu mengemas program-program yang dapat menarik simpati masyarakat termasuk
siswa untuk berpartisipasi menyampaikan apa yang diharapkan ataupun apa yang
terjadi di wilayahnya. Disamping itu media sosial harus bersedia menerima dan secara
cepat menyampaikan informasi yang transfaran dan berimbang serta memberikan
porsi lebih banyak untuk program-program yang bersifat membangun serta
mengembangkan kemandirian masyarakat.
Bergesernya nilai-nilai
luhur yang ada dan telah berkembang di masyarakat disebabkan oleh pesatnya kemajuan teknologi
informasi dan mudah masuknya budaya asing. Media sosial sebagai sarana tukar
menukar informasi harus menyampaikan informasi secara utuh menyangkut segala
aspek kehidupan masyarakat dan segala yang terjadi maupun yang telah dilakukan
oleh pemerintah serta pihak lain secara seimbang agar informasi tersebut dapat
ditelaah, dimaknai secara benar dengan pikiran jernih dan diharapkan dapat
menjadi referensi ataupun inspirasi bagi yang memanfaatkannya. Dalam
penyampaian informasi atau program tayangan pada media sosial maupun online
sudah tentu harus diikuti dengan regulasi dan sosialisasi kepada masyarakat
agar tidak terjadi penyalahgunaan yang berakibat merugikan pengguna baik
materiil maupun immaterial . . Disisi lain pemerintah sangat berkepentingan
agar transparansi informasi mengenai kemajuan pembangunan fisik dan mental
spiritual di seluruh pelosok negeri termasuk pulau terdepan dapat membawa angin
segar bagi siswa yang pada gilirannya
akan meningkantkan partisipasi mereka dalam proses pembangunan. Adanya transparansi
informasi berarti siswa dilibatkan untuk berperan serta mengawasi pembangunan fisik,
mental spiritual yang terjadi di negeri ini. Dengan demikian akan membentuk
kemandirian siswa yaitu merubah pola
pikir yang apatis, skeptis menjadi sikap yang kreatif, mandiri yang pada
akhirnya dapat menghindari diri dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai
dengan tradisi dan nilai-nilai luhur yang berakar dimasyarakat. Berikut ini ada beberapa model dan
sifat tayangan yang berpotensi merubah sikap atau pola pikir siswa, serta
menjadi perhatian banyak kalangan masyarakat, seperti :
a.
Kasus
kejahatan terhadap kemanusiaan, yang melanggar hak asasi, melanggar hukum dan
norma agama sperti kegiatan peredaran narkoba yang melibatkan banyak pihak, Berita perlakuan tidak manusiawi TKI di luar negeri, berita perdangangan
manusia dan penculikan bayi oleh
oknum mahasiswi.
b.
Konflik
sosial dan konflik horizontal yang terjadi di berbagai daerah yang
menghancurkan berbagai fasilitas serta tatanan budaya yang telah terbangun
sejak dulu dimana masing-masing suku/etnis dapat hidup rukun dan damai, saling
menghormati, dan saling menghargai perbedaan. Namun semua berubah cepat karena
adanya isu yang tak bertanggung jawab, serta dipicu dari adanya ketidakadilan,
kesenjangan ekonomi, rendahnya pendidikan dan tidak meratanya pembangunan,
menjadikan masyarakat pemaaf dan toleran menjadi brutal, seperti kerusuhan Sampang
dan Lampung Selatan. Dampaknya sangat tragis dan memilukan. Bukan hanya harta
benda, tapi juga nyawa yang melayang serta trauma berkepanjangan.
c.
Kejahatan
berdasi atau korupsi. Skandal korupsi tersebut terjadi hampir di semua lembaga dan melibatkan banyak oknum termasuk juga
yang menimpa lembaga pendidikan. Tidak adanya budaya malu dan berubahnya pola
hidup membuat orang mengambil jalan pintas menjarah uang negara untuk memenuhi
gaya hidup..
d.
Kriminal
: Penodongan/perampokan bersenjata, dimana hasilnya digunakan untuk pesta miras
dan kesenangan pribadi, tapi ada juga untuk pendanaan kelompok teroris.
Terakhir ada penodongan supermarket oleh oknum mahasiswa yang katanya diilhami
dari berbagai kasus perampokan. Penggereban sarang terorisme, peledakan bom, disinyalir
melibatkan beberapa oknum siswa. Ini juga sebagai dampak dari mudahnya mendapat
referensi untuk merakit bom dan melakukan jihad.
e.
Demo buruh,
tawuran antar masa, antar kelompok, antar siswa yang merugikan banyak pihak dan
membuat orang lain ketakutan, serta merugikan perekonomian karena banyak aktivitas
bisnis yang ditutup akibat tawuran maupun demo anarkis.
f.
Gosip
yang diekspose berlebihan mengenai kehidupan dan prilaku tidak mendidik
sekelompok orang, seperti prilaku selebritis.
Tayangan-tayangan
model tersebut diatas dimaksudkan agar masyarakat termasuk siswa mengetahui apa
yang sedang terjadi terhadap bangsa ini, mengambil hikmah dan menelaah agar
tidak terjebak dengan kehidupan seperti diatas serta mawas diri. Jadi penyebaran
berita lewat media sosial akan menjadikan masyarakat menjadi lebih dewasa dan
lebih mandiri dalam menyikapi permasalahan, dengan mengkritisi dan memberi
masukkan kepada pihak terkait lewat media sosial. Disinilah point penting media
sosial untuk ikut dalam proses meningkatkan kemandirian siswa serta pada akhirnya
ikut mencerdaskan bangsa..
Banyak tayangan
oleh media sosial yang menjadi inspirasi masyarakat untuk merubah cara pandang melalui
informasi yang disediakan sebagai referensi. Mereka menggunakan referensi
tersebut sebagai inspirasi untuk menciptakan ide-ide kreatif yang bernilai sosial maupun ekonomis.
Contoh-contoh kejadian yang ditayangkan oleh media sosial termasuk media online
adalah :
Perjuangan penuh
resiko : Dibelahan sana beberapa siswa sekolah dasar harus melewati tebing
terjal dibalik bukit agar bisa sampai di sekolah tempat mereka menuntut ilmu.
Kisah lain di pulau terdepan tidak ada sekolah yang disediakan pemerintah,
namun mereka tidak putus asa, sekelompok siswa harus menyebrang perbatasan,
melewati berbagai rintangan tanpa sepatu dan seragam sekolah dan berjalan
bermil-mil agar sampai di sekolah negara
tetangga Malaysia. Kisah siswa yang bertaruh nyawa menyebrangi sungai arus
deras selebar 20 meter selama 5 tahun, kemudian setelah laporan dari masyarakat
lewat media sosial akhirnya ada perhatian dari pihak pemerintah. Namun cukup
ironis dibeberapa kota besar justru siswa yang memiliki kesempatan lebih banyak
dan fasilitas memadai tidak disiplin menggunakan waktu dan fasilitas yang
tersedia, waktu belajar digunakan untuk bersenang-senang diluar sekolah. Contoh
tayangan tersebut dapat menggugah dan memunculkan rasa prihatin terhadap sesama,
memunculkan semangat baru dan merubah prilaku yang tidak produktif serta
menjadi inspirasi dimana mereka siswa tanpa fasilitas berjuang menggapai masa depan.
Mengapa kita dengan fasilitas serba lengkap dan modern menyia-nyiakan
kesempatan tersebut?
We are the champion
dan kami pasti bisa, slogan yang cukup emosional dapat membangun citra siswa.
Media sosial telah banyak dan seringkali menayangkan bahwa siswa-siswa kita mampu
meraih medali emas di berbagai olimpiade internasional. Dan beberapa siswa di
sekolah kejuruan mampu menciptakan alat maupun sarana dan telah mendapat
pengakuan, salah satunya adalah Mobil ESEMKA. Ide-ide kreatif ini akan
melahirkan inspirasi bagi siswa untuk maju serta berlomba menciptakan sesuatu
yang bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa agar menjadi sang juara. Siswa yang
suka mengeluh dan tidak kreatif akan
tertinggal oleh waktu dan mereka yang
sadar dan mandiri akan bergerak maju mengapai masa depan. Oleh karena itu
jangan sia-siakan kesempatan yang berharga untuk belajar agar suatu saat nanti
bisa mandiri secara sosial dan ekonomi.
Kesimpulan
1.
Media
sosial apapun bentuk, sifat, jenis, dan progam yang ditayangkan merupakan
sumber informasi, sumber referensi dan inspirasi yang sangat efektif bagi
siapapun, termasuk siswa dalam membentuk, mengubah, mempengaruhi cara pandang
atau perkembangan psikologis siswa.
2.
Media
sosial mempunyai kesempatan besar dan merupakan sarana yang ampuh dalam
membangun, menumbuhkan ide-ide kreatif, menambah wawasan, pengetahuan dan
sekaligus mencerdaskan siswa serta mampu
mencegah penafsiran yang keliru terhadap isu-isu sensitif yang berkembang di masyarakat.
3.
Penayangan
program kekerasan maupun program sejenis dalam media sosial termasuk keberadaan
situs-situs tertentu pada jejaring sosial tidak serta merta berpengaruh negatif
terhadap perkembangan psikologis siswa.dan justru sebaliknya akan meningkatkan
wawasan serta kemandirian siswa. Implikasi tersebut sangat tergantung kepada
sikap, cara pandang dalam menggunakan ataupun memaknai sumber informasi yang
tersedia atau kemandirian siswa bersangkutan
untuk memanfaatkan sarana media sosial
4. Peran pembimbing diperlukan bagi siswa yang
tidak siap memaknai informasi/ referensi yang tersedia pada media sosial
trmasuk media online
Saran
Agar tidak terjebak untuk mengikuti informasi dan konten yang tersedia dalam media
sosial yang kemungkinannya berimplikasi negatif maka langkah-langkah berikut
sebaiknya diikuti sebelum mengkases sumber referensi yang tersedia:
1.
Bertanyalah pada diri
sndiri. Siapa diri kita (latarbelakang sosial, ekonomi dan pendidikan),
apa tujuan dan manfaat yang diharapkan atas berita jenis tertentu yang diakses.
2..Yakinkan bahwa
program yang diakses sesuai dengan kondisi kita, jangan hanya mengikuti kata
hati atau sekedar iseng.
3.. Pahami isi
berita dan gambar yang muncul, maknai tayangan dengan pikiran positif dan akal
sehat dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
4. Aplikasikan
sesuai dengan kemampuan kita, gunakan ilmu yang telah diajarkan, jangan sekali
mencoba atau sekedar iseng memakai informasi tersebut untuk suatu kegiatan yang
tidak bertanggung jawab, atau melanggar tatanan budaya, melanggar etika atau
norma yang telah tumbuh dan mengakar dimasyarakat serta melanggar hukum pidana
ataupun informasi teknologi.
e. Berkomunikasi dan berkonsultasi secara aktif
kepada orang yang lebih tahu/ bepengalaman apakah kakak kelas, pembimbing atau
yang lainnya sehingga kita terhindar dari hal-hal yang dapat menjerumuskan
serta kita tidak terperangkap menjadi anggota kelompok atau jaringan tertentu yang meresahkan masyarakat.
f. Bila terlanjur mengakses informasi diluar
jangkauan pengetahuan serta akal sehat, hindari ajakan, hasutan, provokasi
orang yang tak dikenal baik langsung maupun lewat media sosial.
g. Waspadai dan
antisipasi perubahan prilaku teman sekelas serta lakukan komunikasi dengan yang
bersangkutan dan berikan masukkan bila ia terjebak oleh tayangan ataupun
provokasi dari media sosial.
Nufera Lupika Dani
SMAN 5 Denpasar
X-1/26/11171
No comments:
Post a Comment